SOAL NO 4 UAS
Di era modern ini,
sistem transportasi vertikal seperti lift telah menjadi komponen penting dalam
bangunan bertingkat tinggi, baik untuk keperluan residensial, komersial, maupun
industri. Lift tidak hanya memberikan kenyamanan dan efisiensi dalam mobilitas
antar lantai, tetapi juga berperan vital dalam aspek desain dan fungsi
bangunan. Oleh sebab itu, pengembangan sistem kontrol lift yang andal dan
efisien menjadi sangat krusial.
Selama
bertahun-tahun, sistem kontrol lift telah mengalami kemajuan pesat, khususnya
dalam hal komunikasi dan kecepatan. Pada era 1980-an hingga akhir dekade
tersebut, banyak produsen menggunakan modul berbasis relai untuk memfasilitasi
antarmuka pengontrol yang mudah serta komunikasi data. Meskipun terbilang
usang, sistem berbasis relai masih menawarkan keunggulan tertentu dibandingkan
sistem kontrol modern. Salah satunya adalah tidak bergantung pada perangkat
lunak, sehingga lebih tahan terhadap gangguan akibat kerusakan software. Selain
itu, sistem ini juga menghindari kegagalan pada papan sirkuit tercetak, yang
merupakan masalah umum pada model modern. Sistem relai dikenal tahan lama dan
dapat beroperasi dengan baik hingga 50–60 tahun, selama relainya diganti secara
berkala. Meski begitu, sistem ini boros energi dan membutuhkan perawatan rutin.
Instalasi sistem
relai juga memerlukan ruang besar, dan suku cadangnya relatif mahal. Jumlah
relai pun meningkat seiring bertambahnya jumlah lantai, sehingga dibutuhkan
tenaga teknis yang lebih berpengalaman untuk merawat dan memasangnya. Pada awal
1980-an, mulai diperkenalkan sistem kontrol lift berbasis mikroprosesor, yang
secara bertahap menggantikan model lama pada dekade 1990-an. Sistem ini bekerja
dengan menerima data dari sensor, indikator, poros, tombol panggil, dan
perangkat kelistrikan lainnya, lalu memprosesnya melalui papan sirkuit tercetak
untuk menghasilkan perintah.
Komunikasi data
berlangsung melalui kabel yang menghubungkan komponen-komponen tersebut dengan
pengontrol, dan sistem input-output dikelola oleh perangkat PLC. Pengontrol
jenis ini masih digunakan pada lift dengan jumlah pemberhentian yang lebih
sedikit. Pada tahun 1990-an dan 2000-an, terminal dan papan kabel sirkuit
tercetak mulai banyak digunakan. Salah satu teknologi kontrol lift yang populer
sejak 2000-an adalah sistem CANbus. Teknologi CANbus, yang awalnya dikembangkan
pada 1980-an untuk industri otomotif, kemudian diadaptasi untuk kebutuhan lift.
CANbus (Controller Area Network) memungkinkan pengendalian seluruh unit melalui
satu jalur data yang terhubung ke Unit Kontrol Pusat dan Mikroprosesor dengan
sistem master-slave.
Sistem ini
menggunakan dua kabel untuk mengirim dan menerima data, dengan pengaturan
perangkat keras yang dikendalikan oleh mainboard dekat prosesor pusat sesuai
prioritas perintah. Karena berbasis kabel, sistem ini memerlukan ruang
instalasi yang lebih sedikit dan menawarkan efisiensi biaya dalam pemasangan
dan pemeliharaan. Selain itu, sistem ini tahan terhadap gangguan
elektromagnetik, dan proses troubleshooting-nya pun relatif mudah. Oleh karena
itu, mayoritas pengontrol lift modern kini mengadopsi sistem CANbus.
-
Memiliki pemahaman tentang berbagai jenis sensor seperti Load Cell, PIR (Passive Infrared), dan sensor sentuh (Touch Sensor).
-
Mampu merancang rangkaian kontrol lift sederhana menggunakan aplikasi Proteus.
-
Dapat memanfaatkan komponen-komponen dasar dalam membangun sistem kontrol lift di aplikasi Proteus.
-
Memahami cara kerja dan fungsi dari rangkaian yang telah dirancang dalam simulasi Proteus.
A. Bahan
- Grounding
Ground adalah titik kembalinya arus searah atau titik
kembalinya arus bolak balik, bisa juga disebut sebagai titik patokan dari
berbagai titik tegangan pada rangkaian elektronika
- Dioda
Diode (diode) adalah
komponen elektronika aktif yang terbuat dari bahan semikonduktor dan mempunyai
fungsi untuk menghantarkan arus listrik ke satu arah tetapi menghambat arus
listrik dari arah sebaliknya.
- Resistor
Resistor adalah
komponen elektronika pasif yang berfungsi untuk membatasi arus listrik.
Resistor tidak membutuhkan arus listrik untuk bekerja. Resistor terbuat dari
bahan karbon dan keramik yang berbentuk tabung. komponen elektronika yang
berfungsi untuk menghambat atau membatasi aliran listrik yang mengalir dalam
suatu rangkaian elektronika.
- Baterai
Baterai merupakan
sebuah benda yang dapat atau bisa mengubah energi kimia menjadi energi listrik.
Energi listrik yang dihasilkan oleh baterai tersebut sama seperti akumulator,
yakni listrik searah dikatakan DC. Jumlah listrik yang dihasilkan tersebut tergantung
dari seberapa besar baterai tersebut.
- Transistor
NPN
Sederhananya,
transistor NPN merupakan komponen elektronika yang terdiri dari dua
semikonduktor tipe-n yang mengapit semikonduktor. Ketika sinyal kecil diberikan
pada lapisan basis transistor, maka transistor NPN akan mengalirkan arus
listrik dari lapisan kolektor ke lapisan emitor. Arus listrik yang mengalir
melalui transistor dapat dikendalikan oleh sinyal kecil yang diberikan pada
lapisan basis.
Konfigurasi :
- Relay
Relay adalah Saklar (Switch) yang dioperasikan secara
listrik dan merupakan komponen Electromechanical (Elektromekanikal) yang
terdiri dari 2 bagian utama yakni Elektromagnet (Coil) dan Mekanikal
(seperangkat Kontak Saklar/Switch).
- Motor
DC
Motor listrik adalah
alat untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Alat yang berfungsi
sebaliknya, mengubah energi mekanik menjadi energi listrik disebut generator
atau dinamo.
- Op-amp
Operasional amplifier (Op-Amp) adalah suatu penguat
berpenguatan tinggi yang terintegrasi dalam sebuah chip IC yang memiliki dua
input inverting dan non-inverting dengan sebuah terminal output, dimana
rangkaian umpan balik dapat ditambahkan untuk mengendalikan karakteristik
tanggapan keseluruhan pada operasional amplifier (Op-Amp).
- Speaker
Buzzer adalah komponen elektronika yang dapat menghasilkan getaran suara
dalam bentuk gelombang bunyi. Buzzer lebih sering digunakan karena ukuran
penggunaandayanya yang minim.
- LED
komponen elektronika
yang dapat memancarkan cahaya monokromatik ketika diberikan tegangan maju. LED
merupakan keluarga Dioda yang terbuat dari bahan semikonduktor. Warna-warna
Cahaya yang dipancarkan oleh LED tergantung pada jenis bahan semikonduktor yang
dipergunakannya
- Touch
Sensor
Touch Sensor atau
Sensor Sentuh adalah sensor elektronik yang dapat mendeteksi sentuhan. Sensor
Sentuh ini pada dasarnya beroperasi sebagai sakelar apabila disentuh, seperti
sakelar pada lampu, layar sentuh ponsel dan lain sebagainya. Sensor Sentuh ini
dikenal juga sebagai Sensor Taktil (Tactile Sensor). Seiring dengan
perkembangan teknologi, sensor sentuh ini semakin banyak digunakan dan telah
menggeser peranan sakelar mekanik pada perangkat-perangkat elektronik.
- Sensor
Loadcell
Spesifikasi :
- Flame
Sensor
- Buzzer
Buzzer adalah sebuah
komponen elektronika yang dapat mengubah sinyal listrik menjadi getaran suara.
Penemuan tersebut kemudian dikembangkan oleh sebuah perusahaan Jepang menjadi
Piezo Electric Buzzer dan mulai populer digunakan sejak 1970-an.
- Potensiometer
Berfungsi untuk mengatur tegangan dengan menaikkan atau menurunkan
resistansi.
- Sensor
Gas
Sensor jenis ini adalah alat yang
digunakan untuk mendeteksi konsentrasi gas yang mudah terbakar di udara serta
asap dan output membaca sebagai tegangan analog. Sensor gas asap MQ-2 dapat
langsung diatur sensitifitasnya dengan memutar trimpotnya. Sensor ini biasa
digunakan untuk mendeteksi kebocoran gas baik di rumah maupun di industri. Gas
yang dapat dideteksi diantaranya : LPG, i-butane, propane, methane , alcohol,
Hydrogen, smoke. Sensor ini sangat cocok di gunakan untuk alat emergensi
sebagai deteksi gas-gas, seperti deteksi kebocoran gas, deteksi asap untuk
pencegahan kebakaran dan lain lain.
Grafik Respon sensor
- Power
Supply
Power Supply atau dalam bahasa
Indonesia disebut dengan Catu Daya adalah suatu alat yang dapat menyediakan
energi listrik untuk perangkat listrik atau elektronika lainnya.
B. Alat
- Voltmeter
1. Resistor
Resistor adalah
komponen dasar elektronika yang selalu digunakan dalam setiap rangkaian
elektronika karena bisa berfungsi sebagai pengatur atau untuk membatasi jumlah
arus yang mengalir dalam suatu rangkaian. Dengan resistor, arus listrik dapat
didistribusikan sesuai dengan kebutuhan. Sesuai dengan namanya resistor
bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon. Satuan resistansi dari
suatu resistor disebut Ohm atau dilambangkan dengan simbol Ω (Omega).
Simbol Resistor :
Cara menghitung nilai
resistor :
a. Membaca Kode Warna
Resistor
b. Membaca Resistor
SMD
c. Menggunakan
Multimeter Analog/Digital
4 Gelang
Warna
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-1
(pertama)
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-2
Masukkan Jumlah nol dari kode warna Gelang ke-3 atau pangkatkan angka tersebut
dengan 10 (10n)
Merupakan Toleransi dari nilai Resistor tersebut
Contoh :
Gelang ke 1 : Coklat = 1
Gelang ke 2 : Hitam = 0
Gelang ke 3 : Hijau = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan 105
Gelang ke 4 : Perak = Toleransi 10%
Maka nilai Resistor tersebut adalah 10 * 105 = 1.000.000
Ohm atau 1 MOhm dengan toleransi 10%.
5 Gelang Warna
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-1
(pertama)
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-2
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-3
Masukkan Jumlah nol dari kode warna Gelang ke-4 atau pangkatkan angka tersebut
dengan 10 (10n)
Merupakan Toleransi dari nilai Resistor tersebut
Contoh :
Gelang ke 1 : Coklat = 1
Gelang ke 2 : Hitam = 0
Gelang ke 3 : Hijau = 5
Gelang ke 4 : Hijau = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan 105
Gelang ke 5 : Perak = Toleransi 10%
Maka nilai Resistor tersebut adalah 105 * 105 = 10.500.000 Ohm
atau 10,5 MOhm dengan toleransi 10%.
Rumus :
-Jika rangkaian
seri, maka :
-Jika rangkaian
paralel, maka :
2. Transistor NPN
Transistor adalah komponen semikonduktor yang memiliki
berbagai macam fungsi seperti sebagai penguat, pengendali, penyearah, osilator,
modulator dan lain sebagainya. Transistor merupakan salah satu komponen
semikonduktor yang paling banyak ditemukan dalam rangkaian-rangkaian
elektronika.
Gambar Gelombang Input/Output
3.
Relay
Relay adalah sebuah komponen elektronik yang difungsikan sebagai
sakelar elektrik. Relay berfungsi dengan adanya arus listrik. Adanya relay juga
akan membuat komponen dapat mengendalikan arus listrik yang besar. Selain
itu relay merupakan salah satu bagian komponen elektronika yang dapat
mengimplementasikan Logical Switching.
Simbol Relay :
Cara Kerja : Apabila coil diberikan arus listrik, maka
akan timbul gaya elektromagnetik yang dapat menarik armature untuk merubah
switch contact point. Apabila coil tersebut sudah tidak dialiri arus listrik,
maka Armature akan kembali lagi ke posisi Normally Close. Umumnya, coil yang
digunakan oleh relay untuk mengubah switch contact point ke posisi NC hanya
membutuhkan arus listrik yang kecil.
Kapasitas Pengalihan Maksimum:
4. Op-Amp
Penguat operasional atau yang dikenal sebagai Op-Amp
merupakan suatu rangkaian terintegrasi atau IC yang memiliki fungsi sebagai
penguat sinyal, dengan beberapa konfigurasi. Secara ideal Op-Amp memiliki impedansi masukan dan
penguatan yang tak berhingga serta impedansi keluaran sama dengan nol. Dalam
prakteknya, Op-Amp memiliki impedansi masukan dan penguatan yang besar serta
impedansi keluaran yang kecil.
Op-Amp memiliki beberapa karakteristik, diantaranya:
a. Penguat tegangan tak berhingga (AV = ∼)
b. Impedansi input tak berhingga (rin = ∼)
c. Impedansi output nol (ro = 0) d. Bandwidth tak berhingga (BW = ∼)
d. Tegangan offset nol pada tegangan input (Eo = 0 untuk Ein = 0)
Amplifier Operasional:
Penguat Pembalik:
Istilah berikut
digunakan dalam rumus dan persamaan untuk Penguatan Operasional.
· R f =
Resistor umpan balik
· R in =
Resistor Masukan
· V in =
Tegangan masukan
· V keluar =
Tegangan keluaran
· Av =
Penguatan Tegangan
Penguatan tegangan:
Gain loop dekat dari
penguat pembalik diberikan oleh;
Tegangan Keluaran:
Tegangan keluaran
tidak sefasa dengan tegangan masukan sehingga dikenal sebagai penguat
pembalik .
Penguat Penjumlahan:
Tegangan Keluaran:
Output umum dari
rangkaian yang diberikan di atas adalah;
Jumlah Tegangan Input
Amplifikasi Terbalik:
jika resistor
inputnya sama, outputnya adalah jumlah tegangan input yang diskalakan terbalik,
Jika R 1 = R 2 =
R 3 = R n = R
Output yang Dijumlahkan:
Ketika semua resistor dalam rangkaian di atas sama,
outputnya adalah jumlah terbalik dari tegangan input.
Jika
R f = R 1 = R 2 =
R 3 = R n = R;
V keluar = –
(V 1 + V 2 + V 3 +… +
V n )
Penguat Non-Pembalik:
Istilah yang
digunakan untuk rumus dan persamaan Penguat Non-Pembalik.
· R f =
Resistor umpan balik
· R
= Resistor Tanah
· V masuk =
Tegangan masukan
· V keluar =
Tegangan keluaran
· Av =
Penguatan Tegangan
Keuntungan Penguat:
Gain total penguat non-pembalik adalah;
Tegangan Keluaran:
Tegangan output
penguat non-pembalik sefasa dengan tegangan inputnya dan diberikan oleh;
Unity Gain Amplifier / Buffer / Pengikut
Tegangan:
Jika resistor umpan
balik dilepas yaitu R f = 0, penguat non-pembalik akan menjadi
pengikut / penyangga tegangan
Penguat Diferensial:
Istilah yang digunakan untuk rumus Penguat
Diferensial.
· R f =
Resistor umpan balik
· R a =
Resistor Input Pembalik
· R b =
Resistor Input Non Pembalik
· R g =
Resistor Ground Non Pembalik
· V a =
Tegangan input pembalik
· V b =
Tegangan Input Non Pembalik
· V keluar =
Tegangan keluaran
· Av =
Penguatan Tegangan
Keluaran Umum:
tegangan keluaran
dari rangkaian yang diberikan di atas adalah;
Keluaran Diferensial
Berskala:
Jika resistor
R f = R g & R a =
R b , maka output akan diskalakan perbedaan dari tegangan
input;
Perbedaan Penguatan Persatuan:
Jika semua resistor yang digunakan dalam rangkaian
adalah sama yaitu R a = R b =
R f = R g = R, penguat akan memberikan output
yang merupakan selisih tegangan input;
V keluar =
V b – V a
Penguat Pembeda
Penguat Operasional
jenis ini memberikan tegangan output yang berbanding lurus dengan perubahan
tegangan input. Tegangan keluaran diberikan oleh;
Input gelombang
segitiga => Output gelombang persegi panjang
Input gelombang sinus
=> Output gelombang kosinus
Penguat Integrator
Penguat ini
memberikan tegangan keluaran yang merupakan bagian integral dari tegangan
masukan.
5. Sensor Touch
Touch Sensor
atau Sensor Sentuh adalah sensor elektronik yang dapat mendeteksi sentuhan.
Sensor Sentuh ini pada dasarnya beroperasi sebagai sakelar apabila disentuh,
seperti sakelar pada lampu, layar sentuh ponsel dan lain sebagainya. Sensor Sentuh ini dikenal juga sebagai Sensor Taktil
(Tactile Sensor). Seiring dengan perkembangan teknologi, sensor sentuh ini
semakin banyak digunakan dan telah menggeser peranan sakelar mekanik pada
perangkat-perangkat elektronik.
Simbol
Touch Sensor:
6. Sensor Load Cell
Load Cell adalah
alat electromekanik yang biasa disebut Transducer, yaitu gaya yang bekerja
berdasarkan prinsip deformasi sebuah material akibat adanya tegangan mekanis
yang bekerja, kemudian merubah gaya mekanik menjadi sinyal listrik.
Simbol load cell di proteus:
Load cell adalah sebuah sensor yang digunakan untuk
mengukur gaya atau beban yang bekerja pada suatu objek. Sensor ini umumnya digunakan dalam berbagai aplikasi
industri, seperti alat pengukur berat, peralatan pengujian material, alat
timbangan, dan sebagainya. Cara kerja load cell didasarkan pada perubahan
resistansi material khusus yang dipengaruhi oleh tekanan atau gaya yang
diterapkan.
Ada beberapa jenis load cell, tetapi yang paling umum
adalah strain gauge load cell. Strain gauge load cell terdiri dari satu atau
beberapa strain gauge yang ditempatkan di dalam tubuh load cell. Strain gauge adalah sensor resistansi yang mengubah
perubahan tekanan atau gaya menjadi perubahan resistansi. Ketika gaya
diterapkan pada load cell, ia menyebabkan deformasi pada material strain gauge,
yang kemudian mengubah resistansinya.
Berikut adalah
langkah-langkah umum dalam cara kerja load cell menggunakan strain gauge:
1). Gaya diterapkan
pada load cell: Gaya atau beban yang ingin diukur diterapkan pada load cell
melalui elemen penghubung, seperti pelat, kait, atau celah yang terdapat pada
load cell.
2). Deformasi pada
strain gauge: Ketika gaya diterapkan pada load cell, material strain gauge
mengalami deformasi atau perubahan bentuk. Deformasi ini menyebabkan perubahan
panjang atau luas strain gauge, yang pada gilirannya mengubah resistansinya.
3). Perubahan
resistansi: Strain gauge biasanya terbuat dari material yang mempunyai sifat
resistansi yang berubah sesuai dengan perubahan panjang atau luasnya. Ketika
load cell mengalami deformasi, resistansi strain gauge juga berubah.
4). Pengukuran
resistansi: Perubahan resistansi strain gauge kemudian diukur menggunakan
jembatan Wheatstone atau rangkaian elektronik serupa. Jembatan Wheatstone
adalah rangkaian yang terdiri dari empat resistansi, termasuk strain gauge,
yang diatur sedemikian rupa sehingga perubahan resistansi strain gauge dapat
diukur sebagai perubahan tegangan output.
5). Konversi tegangan
menjadi satuan pengukuran: Tegangan output dari jembatan Wheatstone kemudian
dikonversi menjadi satuan pengukuran yang sesuai dengan aplikasi tertentu. Hal
ini biasanya melibatkan penggunaan amplifier atau konverter sinyal untuk mengubah
tegangan menjadi satuan seperti kilogram, pound, Newton, atau satuan lainnya.
Dalam beberapa
aplikasi yang lebih kompleks, load cell juga dapat dilengkapi dengan perangkat
elektronik tambahan, seperti penguat sinyal, pengolah data, atau komunikasi
dengan sistem lain.
Itulah gambaran umum
tentang cara kerja load cell menggunakan strain gauge. Dengan mengukur
perubahan resistansi pada strain gauge, load cell mampu mengonversi gaya atau
beban yang diterapkan menjadi sinyal listrik yang dapat diukur dan digunakan
untuk berbagai aplikasi.
Respon sensor
7.
Motor
DC Motor adalah suatu perangkat yang mengubah energi
listrik menjadi energi kinetik atau gerakan (motion). Motor DC ini juga dapat
disebut sebagai Motor Arus Searah. Seperti namanya, DC Motor memiliki dua
terminal dan memerlukan tegangan arus searah atau DC (Direct Current) untuk
dapat menggerakannya.
Simbol DC Motor :
Pin out :
Cara Kerja DC Motor :
Pada prinsipnya motor listrik DC menggunakan fenomena elektromagnet untuk
bergerak, ketika arus listrik diberikan ke kumparan, permukaan kumparan yang
bersifat utara akan bergerak menghadap ke magnet yang berkutub selatan dan
kumparan yang bersifat selatan akan bergerak menghadap ke utara magnet. Saat
ini, karena kutub utara kumparan bertemu dengan kutub selatan magnet ataupun
kutub selatan kumparan bertemu dengan kutub utara magnet maka akan terjadi
saling tarik menarik yang menyebabkan pergerakan kumparan berhenti.
8.
Buzzer
Buzzer Listrik adalah sebuah komponen elektronika yang
dapat mengubah sinyal listrik menjadi getaran suara. Pada umumnya, Buzzer yang
merupakan sebuah perangkat audio ini sering digunakan pada rangkaian
anti-maling, Alarm pada Jam Tangan, Bel Rumah, peringatan mundur pada Truk dan
perangkat peringatan bahaya lainnya. Jenis Buzzer yang sering ditemukan dan
digunakan adalah Buzzer yang berjenis Piezoelectric, hal ini dikarenakan Buzzer
Piezoelectric memiliki berbagai kelebihan seperti lebih murah, relatif lebih
ringan dan lebih mudah dalam menggabungkannya ke Rangkaian Elektronika lainnya.
Buzzer yang termasuk dalam keluarga Transduser ini juga sering disebut dengan
Beeper.
9. LED
LED adalah
sejenis dioda semikonduktor istimewa. Seperti sebuah dioda normal, LED terdiri
dari sebuah chip bahan semikonduktor yang diisi penuh, atau di-dop, dengan
ketidakmurnian untuk menciptakan sebuah struktur yang disebut p-n junction. Pembawa-muatan – elektron dan lubang mengalir ke junction
dari elektroda dengan voltase berbeda. Ketika elektron bertemu dengan lubang,
dia jatuh ke tingkat energi yang lebih rendah, dan melepas energi dalam bentuk
photon.
Symbol LED :
Tegangan LED menurut warna yang dihasilkan:
- Infra
merah : 1,6 V.
- Merah
: 1,8 V – 2,1 V.
- Oranye
: 2,2 V.
- Kuning
: 2,4 V.
- Hijau
: 2,6 V.
- Biru
: 3,0 V – 3,5 V.
- Putih
: 3,0 – 3,6 V.
- Ultraviolet
: 3,5 V.
10. Potensiometer
Pada dasarnya bagian-bagian penting dalam
Komponen
Potensiometer adalah :
a. Penyapu atau
disebut juga dengan Wiper
b. Element Resistif
c. Terminal
Jenis-jenis Potensiometer
a.
Potensiometer Slider, yaitu Potensiometer yang nilai resistansinya dapat diatur
dengan cara menggeserkan Wiper-nya dari kiri ke kanan atau dari bawah ke atas
sesuai dengan pemasangannya. Biasanya menggunakan Ibu Jari untuk menggeser
wiper-nya.
b.
Potensiometer Rotary, yaitu Potensiometer yang nilai resistansinya dapat diatur
dengan cara memutarkan Wiper-nya sepanjang lintasan yang melingkar. Biasanya
menggunakan Ibu Jari untuk memutar wiper tersebut. Oleh karena itu,
Potensiometer Rotary sering disebut juga dengan Thumbwheel Potentiometer.
c.
Potensiometer Trimmer, yaitu Potensiometer yang bentuknya kecil dan harus
menggunakan alat khusus seperti Obeng (screwdriver) untuk memutarnya.
Potensiometer Trimmer ini biasanya dipasangkan di PCB dan jarang dilakukan
pengaturannya.
Fungsi-fungsi Potensiometer :
a. Sebagai
pengatur Volume pada berbagai peralatan Audio/Video seperti Amplifier, Tape
Mobil, DVD Player.
b. Sebagai
Pengatur Tegangan pada Rangkaian Power Supply
c. Sebagai
Pembagi Tegangan
d. Aplikasi
Switch TRIAC
e. Digunakan
sebagai Joystick pada Tranduser
f.
Sebagai Pengendali Level Sinyal
11. Sensor MQ-7
Sensor MQ-7 merupakan
sensor gas yang digunakan dalam peralatan untuk mendeteksi gas karbon monoksida
(CO) dalam kehidupan sehari-hari, industri, atau mobil. Fitur dari sensor gas
MQ-7 ini adalah mempunyai sensitivitas yang tinggi terhadap karbon monoksida
(CO), stabil, dan berumur panjang. Sensor ini menggunakan catu daya heater : 5V
AC/DC dan menggunakan catu daya rangkaian : 5 VDC, jarak pengukuran : 20 - 2000
ppm untuk ampuh mengukur gas karbon monoksida.
Sensor gas MQ-7
disusun oleh mikro AL2O3 tabung keramik, Tin Dioksida (SnO2) lapisan sensitif,
elektroda pengukuran dan pemanas adalah tetap menjadi kerak yang dibuat oleh
plastik dan stainless steel bersih. Pemanas menyediakan kondisi kerja yang
diperlukan untuk pekerjaan komponen sensitif. Sensor Gas MQ-7 dibuat dengan 6
pin, 4 dari mereka yang digunakan untuk mengambil sinyal, dan 2 lainnya
digunakan untuk menyediakan arus pemanasan.
Cara kerjanya sesuai
gambar di bawah ini, yaitu hambatan muka Rs sensor diperoleh melalui sinyal
yang dipengaruhi oleh tegangan output yang terkena beban RL yang terhubung
secara seri. Ketika sensor mendeteksi adanya gas CO, pengukuran sinyal output
pada sensor akan diperoleh setelah heater bekerja dalam beberapa saat (2,5
menit dari tegangan tinggi ke tegangan rendah).
Berdasarkan kerja grafik respon MQ-7 di bawah ini
memiliki sensitivitas tinggi dan respon cepat terhadap gas karbon monoksida
dan Hidrogen sehingga saat kadar gas CO dan H2 lebih
banyak terkontaminasi di suatu ruangan laboratorium, maka resistansi pada
sensor gas MQ-7 akan semakin mengecil, sehingga respon sensor MQ-7 akan aktif
mengumpankan tegangan untuk mengaktifkan pengaman tanda bahaya akibat
kontaminasi gas beracun. Keluaran dari sensor MQ7 berupa sinyal analog.
Grafik Respon Sensor
Gas MQ-7
12. Sensor MQ-5
Sensor gas MQ-5 merupakan sensor gas elpiji yang
terbuat dari keramik mikro AL2O3, TinDioxide (SnO2) yang sensitif, elektroda
dan kepala sensornya terbuat dari plastic serta stainlesssteel . Kepala sensornya dapat bekerja dengan baik dan merupakan
komponen yang sangat sensitif. Sensor ini mempunyai 6pin, 3pin untuk catu daya,
2pin untu keluaran sensor, 1pinuntuk penstabil heater.
Bagian -bagian,
Komposisi dan rangkaian dasar pada sensor :
Bagian Sensor MQ-5
Dari grafik respon sensor MQ5 di bawah dapat
disimpulkan bahwa semakin besar kontaminasi gas elpiji pada sensor maka akan
semakin sensitive sensor tersebut, sehingga saat kadar gas elpiji di suato
laboratorium banyak mencemari ruangan labor, maka respon pada sensor MQ-5 saat
mendeteksi gas elpiji pada resistansinya akan semakin mengecil sehingga sensor
MQ-5 mengaktifkan kerjanya sebagai pertanda adanya kontaminasi gas. Dari beberapa gas yang dideteksi, gas elpiji merupakan
gas yang terdeteksi dengan baik oleh sensor MQ-5.
Grafik Respon Sensor
Gas MQ-5
13. Battery
Baterai (Battery) adalah sebuah alat yang dapat merubah energi
kimia yang disimpannya menjadi energi Listrik yang dapat digunakan oleh suatu
perangkat Elektronik. Hampir semua perangkat elektronik yang portabel seperti
Handphone, Laptop, Senter, ataupun Remote Control menggunakan Baterai sebagai
sumber listriknya. Dengan adanya Baterai, kita tidak perlu menyambungkan kabel
listrik untuk dapat mengaktifkan perangkat elektronik kita sehingga dapat
dengan mudah dibawa kemana-mana. Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita dapat
menemui dua jenis Baterai yaitu Baterai yang hanya dapat dipakai sekali saja
(Single Use) dan Baterai yang dapat di isi ulang (Rechargeable).
Baterai dalam sistem PV mengalami berulang kali siklus
pengisian dan pengosongan selama umur pakainya. Siklus hidup (cycle life)
baterai adalah banyaknya pengisian dan pengosongan hingga kapasitas baterai
turun (melemah) dan tersisa 80% dari kapasitas nominalnya. Pabrik baterai
biasanya mencantumkan siklus hidup pada spesifikasi teknis baterai.
Mencantumkan satu nilai siklus hidup (cycle life) sebenarnya terlalu
menyederhanakan informasi, karena siklus hidup baterai juga tergantung pada
suhu baterai.
Dari grafik di atas, terlihat pada suhu operasional
baterai yang lebih rendah, siklus hidup baterai lebih lama. Siklus hidup
baterai juga tergantung dari DoD, artinya baterai yang dikosongkan hanya 50%
dari kapasitasnya, berumur lebih lama jika dikosongkan hingga 80%, namun
membuat sistem menjadi lebih mahal, karena membutuhkan kapasitas baterai lebih
besar untuk mengakomodasi kebutuhan yang sama.
Jika pada suhu operasional lebih rendah, umur baterai lebih lama,
namun ada efek negatif berkaitan dengan kapasitas baterai. Pada suhu yang
lebih rendah, kapasitas baterai menjadi lebih rendah. Hal ini disebabkan karena
pada suhu yang lebih tinggi, reaksi kimia yang terjadi pada baterai bergerak
lebih aktif/cepat, sehingga kapasitas baterai cenderung lebih tinggi.
Terkadang, pada suhu yang lebih tinggi, kapasitas baterai justru dapat
lebih besar dari angka nominalnya, meskipun pada suhu tinggi, elemen baterai
terlalu aktif, juga berakibat buruk pada kesehatan baterai.
14. Flame sensor
Flame
detector merupakan salah satu alat instrument berupa sensor yang dapat
mendeteksi nilai intensitas dan frekuensi api dengan panjang gelombang antara
760 nm ~ 1100 nm.
Dalam suatu proses
pembakaran pada pembangkit listrik tenaga uap, flame detector dapat
mendeteksi hal tersebut dikarenakan oleh komponen-komponen pendukung
dari flame detector. Sensor nyala api ini mempunyai sudut pembacaan
sebesar 60 derajat, dan beroperasi normal pada suhu 25 – 85 derajat Celcius.
Adapun unit flame detector dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Cara kerja flame detector mampu bekerja dengan baik untuk menangkap
nyala api untuk mencegah kebakaran, yaitu dengan mengidentifikasi
atau mendeteksi nyala apiyang dideteksi oleh keberadaan spectrum
cahaya infra red maupun ultraviolet dengan menggunakan metode optic kemudian
hasil pendeteksian itu akan diteruskan ke Microprosessor yang ada pada
unit flame detector akan bekerja untuk membedakan spectrum cahaya
yang terdapat pada api yang terdeteksi tersebut dengan sistem delay selama
2-3 detik pada detektor ini sehingga mampu mendeteksi sumber kebakaran lebih
dini dan memungkinkan tidak terjadi sumber alarm palsu.
Dengan memperhatikan
jarak sensing antara objek yang akan disensing dengan sensor tidak boleh
terlalu dekat, yang berakibat lifetime sensor yang cepat rusak.
Flame detector mampu
mengaktifkan alarm bila mendeteksi adanya percikan api yang lebih beresiko
menyebabkan bencana kebakaran. Prinsip flame detector menggunakan metode optic
yang bekerja seperti UV (ultraviolet) dan IR (infrared), pencitraan visual api,
serta spektroskopi yang berfungsi untuk mengidentifikasi api atau flame.flame
detector juga mapu membedakan antara false alarm atau peringatan palsu dengan
api sungguhan melalui komponen system yang dirancang dengan fungsi mendeteksi
adanya penyerapan cahaya yang terjadi pada gelombang tertentu.
Grafik Flame sensor
terhadap nilai resistansi
Berdasarkan grafik
respon di atas diperoleh bahwa terdeteksinya panas api maka akan semakin kecil
resistansi pada sensor Flame Sensor sehingga memungkinkan arus untuk mengalir
dan sensor ON.
Cara Kerja
Sensor Flame
Cara kerja sensor ini
yaitu dengan mengidentifikasi atau mendeteksi nyala api dengan
menggunakan metode optik. Pada sensor ini menggunakan tranduser yang berupa
infrared (IR) sebagai sensing sensor. Tranduser ini digunakan untuk mendeteksi
akan penyerapan cahaya pada panjang gelombang tertentu.
Yang dimana
memungkinkan alat ini untuk membedakan antara spectrum cahaya pada
api dengan spectrum cahaya lainnya seperti spectrum cahaya lampu.
Berikut adalah contoh simulasi sensor flame
menggunakan software “Proteus”.
Fitur dari flame sensor
- Tegangan
operasi antara 3,3 – 5 Vdc
- Terdapat
2 output yaitu digital output dan analog output yang berupa tegangan
- Sudah
terpackage dalam bentuk modul
- Terdapat potensiometer sebagai pengaturan
sensitivitas sensor dalam mensensing
Pada sensor ini menggunakan tranduser yang berupa infrared (IR) sebagai sensing
sensor. Tranduser ini digunakan untuk mendeteksi akan penyerapan cahaya
pada panjang gelombang tertentu, yang memungkinkan alat ini untuk membedakan
antara spectrum cahaya pada api dengan spectrum cahaya
lainnya seperti spectrum cahaya lampu, kilatan petir, welding arc, metal
grinding, hot turbine, reactor, dan masih banyak lagi.
Adapun
spesifikasi dari flame detector ini adalah sebagai berikut:
Output= Digital (D0)
Working voltage: 3.3V to 5V
Output format: Digital output
(HIGH/LOW)\
Wavelength detection range:
760nm to 1100nm
Using LM393 comparator
Detection angle: About 60
degrees, particularly sensitive to the flame spectrum
Lighter flame detect distance
80cm
15. Dioda
Dioda adalah komponen
yang terbuat dari bahan semikonduktor dan mempunyai fungsi untuk menghantarkan
arus listrik ke satu arah tetapi menghambat arus listrik dari arah sebaliknya.
Sebuah Dioda dibuat dengan menggabungkan dua bahan semi-konduktor tipe-P dan
semi-konduktor tipe-N. Ketika dua bahan ini digabungkan, terbentuk lapisan
kecil lain di antaranya yang disebut depletion layer. Ini karena lapisan tipe-P
memiliki hole berlebih dan lapisan tipe-N memiliki elektron berlebih dan
keduanya mencoba berdifusi satu sama lain membentuk penghambat resistansi
tinggi antara kedua bahan seperti pada gambar di bawah ini. Lapisan penyumbatan
ini disebut depletion layer.
Ketika tegangan
positif diterapkan ke Anoda dan tegangan negatif diterapkan ke Katoda, dioda
dikatakan dalam kondisi bias maju. Selama keadaan ini tegangan positif akan
memompa lebih banyak hole ke daerah tipe-P dan tegangan negatif akan memompa
lebih banyak elektron ke daerah tipe-N yang menyebabkan depletion layer hilang
sehingga arus mengalir dari Anoda ke Katoda. Tegangan minimum yang diperlukan untuk membuat dioda
bias maju disebut forward breakdown voltage.
Jika tegangan negatif
diterapkan ke anoda dan tegangan positif diterapkan ke katoda, dioda dikatakan
dalam kondisi bias terbalik. Selama keadaan ini tegangan negatif akan memompa
lebih banyak elektron ke material tipe-P dan material tipe-N akan mendapatkan
lebih banyak hole dari tegangan positif yang membuat depletion layer lebih
besar dan dengan demikian tidak memungkinkan arus mengalir melaluinya. Kondisi
ini hanya terjadi pada dioda yang ideal, kenyataannya arus yang kecil tetap
dapat mengalir pada bias terbalik dioda.
Dioda dapat dibagi
menjadi beberapa jenis:
1). Dioda
Penyearah (Dioda Biasa atau Dioda Bridge) yang berfungsi sebagai penyearah arus
AC ke arus DC.
2). Dioda Zener yang
berfungsi sebagai pengaman rangkaian dan juga sebagai penstabil tegangan.
3). Dioda LED yang
berfungsi sebagai lampu Indikator ataupun lampu penerangan.
4). Dioda Photo yang
berfungsi sebagai sensor cahaya.
5). Dioda Schottky
yang berfungsi sebagai Pengendali
16. Ground
Berfungsi sebagai
penahan arus. Pada ilmu listrik satu fasa, kita sering mendengar istilah
kabel fasa, netral, dan ground. Untuk kabel fasa sudah jelas yaitu kabel yang
mengandung tegangan. Ciri utama dari kabel fasa adalah bisa ditestpen akan
menyala. Sedangkan untuk kabel neutral dan ground masih banyak orang bingung
sehingga mengganggap sama antara netral dan ground. Untuk itu pada artikel ini
akan dibahas apa perbedaan antara kabel netral dan ground.
Kabel netral adalah
kabel bermuatan listrik rendah(mendekati nol) dan dipakai sebagai acuan.
Seperti kita ketahui, agar terjadi aliran arus listrik maka harus ada beda
potensial. Untuk itu, apabila kita hanya menggunakan kabel fasa masuk dalam
komponen listrik, misalnya lampu, maka lampu tidak akan menyala. Apabila kita
tambahkan kabel netral maka akan terjadi beda potensial antara kabel fasa dan
netral yang melewati lampu tadi sehingga lampu menyala. Ciri dari kabel ini
adalah apabila ditestpen maka testpen tidak menyala.
Kabel ground
berfungsi sebagai proteksi apabila terjadi kebocoran arus. Kebocoran arus
adalah apabila isolasi kabel atau perangkat elektronik rusak, maka arus listrik
bisa mengalir di konduktor yang bersentuhan dengannya. Misal ada kabel kulkas
yang mengelupas, akan berbahaya jika kabel yang terkelupas ini menempel di body
kulkas yang terbuat dari besi/alumunium karena menyebabkan body kulkas memiliki
arus listrik dan bisa menimbulkan sengatan listrik apabila terpegang. Sesuai
namanya, kabel ground adalah kabel yang terhubung ke tanah/bumi yang akan
membuang arus bocor tadi ke tanah. Karena berfungsi sebagai proteksi, arus
listrik tetap bisa mengalir hanya dengan kabel fasa dan netral
- Untuk
membuat rangkaian ini, pertama, siapkan semua alat dan bahan yang
bersangkutan, di ambil dari library proteus
- Letakkan
semua alat dan bahan sesuai dengan posisi dimana alat dan bahan terletak.
- Tepatkan
posisi letak nya dengan gambar rangkaian
- Selanjutnya,
hubungkan semua alat dan bahan menjadi suatu rangkaian yang utuh
- Lalu
mencoba menjalankan rangkaian. jika tidak terjadi error, maka motor akan
bergerak yang berarti rangkaian bekerja
Rangkaian
Kontrol Lift
a.
Sensor Touch pertama diletakkan di dekat pintu Lift (Membuka Lift)
Sensor touch
pertama, ketika touch sensor belogika 1 atau mendeteksi adanya orang yang
menekan tombol (dari luar) sehingga pintu lift terbuka dimana ada arus keluar
dari Vout sensor sebesar 5 V,Diumpankan ke kaki non inverting rangkaian voltage
follower dimana Vout 5V lalu diumpankan ke R1 lalu kaki base transistor menuju
ke kaki emitor transistor dan menuju ke ground. karena arus yang keluar di kaki
transistor (o,88V) sudah cukup untuk mengaktifkan transistor(Vbe > 0,7V)
sehingga transistor aktif sehingga arus yang mengalir dari power supply 12V
diumpankan ke R6 menuju kaki base ke kaki emitor dan diteruskan ke ground,
power supply 12V melewati relay menuju kaki kolektor ke kaki emitor dan
diteruskan ke ground karena ada arus yang melewati relay maka switch relay
berpindah ke kiri, karena switch relay berpindah ke kiri maka ada arus yang
mengalir dari baterai menuju ke motor sehingga mengaktifkan motor yang
mengakibatkan pintu terbuka, pintu terbuka ditandai dengan aktifnya led
berwarna biru sebagai indikator.
b. Sensor
Touch kedua diletakkan di dekat pintu Lift (Menutup Lift)
Sensor touch
kedua, ketika touch sensor belogika 1 atau mendeteksi adanya orang yang menekan
tombol (dari dalam) sehingga pintu lift tertutup dimana ada arus keluar dari
Vout sensor sebesar 5 V, Diumpankan ke kaki non inverting rangkaian non
inverting amplifier dimana Vo = ((Rf/Ri) + 1) Vi, lalu diumpankan ke R25
sebesar 11 V lalu diteruskan ke rangkaian fixed bias ke kaki base transistor
menuju ke kaki emitor transistor dan menuju ke ground. karena arus yang keluar
di kaki transistor (Vbe = 0,85V) sudah cukup untuk mengaktifkan transistor (Vbe
> 0,7V)sehingga transistor aktif sehingga arus yang mengalir dari power
supply 12V diumpankan ke R5 menuju kaki base ke kaki emitor dan diteruskan ke
ground,power supply 12V melewati relay menuju kaki kolektor ke kaki emitor dan
diteruskan ke ground karena ada arus yang melewati relay maka switch relay
berpindah ke kiri, karena switch relay berpindah ke kiri maka ada arus yang
mengalir dari baterai menuju ke motor sehingga mengaktifkan motor yang mengakibatkan
pintu tertutup, pintu tertutup ditandai dengan aktifnya led berwarna hijau
sebagai indikator.
c.
Sensor Gas diletakkan di langit langit Lift (Menghisap Gas)
Ketika sensor
merespon asap dan gas, maka sensor akan berlogika satu dan arus akan mengalir
dari sensor menuju kaki non inverting op amp, tegangan akan terbaca sebesar 5
volt. Rangkaian yang dipakai adalah rangkaian buffer/voltage follower dimana
penguatan (A=vo/vi=1) sehingga vin = vout sebesar 5 volt.Pada transistor
menggunakan voltage divider biasing sehinga R8 dan R2 akan membagi tegangan
menghasilkan tegangan bias. Transistor akan on, sehingga arus dari tegangan
sebesar 9V akan mengalir menuju relay lalu kolektor ke emitor dan ke ground.
Switch relay akan berpindah ke kiri dan tegangan baterai sebesar 12V akan
mengalirkan arus ke cabang pertama arus akan mengalir menggerakkan motor untuk
mengisap gas dan asap.
d.
Sensor Flame diletakkan di langit langit Lift (Mendeteksi Kebakaran)
Ketika
terdeteksi api, maka sensor akan berlogika satu dan arus akan mengalir dari
sensor menuju kaki non inverting op amp, tegangan akan terbaca sebesar 5 volt.
Rangkaian yang dipakai adalah rangkaian buffer/voltage follower dimana
penguatan (A=vo/vi=1) sehingga vin = vout sebesar 5 volt.Pada transistor
menggunakan self bias sehinga tegangan basis akan mengatur arus
basis.Transistor akan on, sehingga arus dari tegangan basis sebesar 9 V akan
mengalir menuju relay lalu kolektor ke emitor dan ke ground. Switch relay akan
berpindah ke kiri dan tegangan baterai sebesar 12V akan mengalirkan arus ke
cabang pertama melewati resistor sebesar 220 ohm kemudian masuk ke LED sehingga
lampu akan menyala, lalu cabang kedua arus akan mengalir menggerakkan motor untuk
membuka pintu, cabang ketiga yaitu arus akan mengalir ke buzzer dan buzzer akan
berbunyi sbg alarm kebakaran.
e.
Loadcell diletakkan di bawah Lift (Mendeteksi beban maksimal)
Pada sensor
loadcell berguna untuk mengukur beban maksimal pada lift, jika melebihi berat
beban pada lift, maka sensor loadcell akan aktif yang menyebabkan pintu lift
terbuka kembali dan buzzer berbunyi untuk menyuruh orang agar keluar dan
indikator led hidup. didapat Vout sebesar 19,4 mV diumpankan ke kaki positif op
amp rangkaian non inverting amplifier (Vo = ((Rf/Ri) + 1) Vi) didapat Vout
sebesar 4,11 V lalu diumpankan ke kaki R12 dan ke rangkaian detector non inverting
amplifier didapat Vout sebesar 11 V lalu diumpankan ke rangkaian fixed bias
dimana didapatkan Vbe sebesar 0,86 V, sehingga syarat untuk aktifnya transistor
Vbe > 0,7 V, maka power supply sebesar 5v diumpankan ke R3 menuju kaki base
ke kaki emitor dan diteruskan ke ground, power supply sebesar 5v melewati relay
menuju kaki kolektor ke kaki emitor dan diteruskan ke ground. Karna adanya arus
melewati relay maka switch berpindah dari kanan ke kiri dan terjadi loop dimana
motor bergerak untuk membuka pintu dan buzzer berbunyi ditandai dengan Led
menyala.
f.
Sensor Infrared pertama diletakkan di depan Lift (Mendeteksi benda)
Sensor Infrared
pertama, ketika arus keluar dari Vout sensor sebesar 5 V, lalu menuju ke R1
sebesar yaitu rangkaian non inverting adder amplifier (Vo = -VRF = -I.RF =
-[V1/R1+V2/R2]RF). lalu didapatkan output sebesar 2 v memasuki relay dan menuju
ground. sehingga arus yang mengalir dari power supply yang melewati relay
menuju ke R4 sebesar 0,56 V lalu memasuki kaki base rangkaian self bias didapat
vout sebesar 0,74 V lalu kaki base transistor menuju ke kaki emitor transistor
dan menuju ke ground. karena arus yang keluar di kaki transistor sudah cukup
untuk mengaktifkan transistor sehingga transistor aktif sehingga arus yang
mengalir dari power supply melewati relay menuju kaki kolektor ke kaki emitor
dan diteruskan ke ground karena ada arus yang melewati relay maka switch relay
berpindah ke kiri, karena switch relay berpindah ke kiri maka ada arus yang
mengalir dari baterai menuju ke motor sehingga mengaktifkan motor yang
mengakibatkan pintu terbuka, pintu terbuka ditandai dengan aktifnya led berwarna
biru sebagai indikator
c) Video Simulasi
Download Rangkaian Soal No.4 UAS (disini)
Download
Datasheet Op-Amp 741 (disini)
Download Datasheet Resistor (disini)
Download
Datasheet Dioda (disini)
Download
Datasheet Relay (disini)
Download
Datasheet Motor (disini)
Download
Datasheet Transistor (disini)
Download Datasheet Buzzer (disini)
Download Datasheet Flame Sensor (disini)
Download Datasheet Sensor Gas (disini)
Download Datasheet Touch Sensor (disini)
Download Datasheet Loadcell (disini)
Comments
Post a Comment